RESPON MASYARAKAT SEKITAR TELAGA NGEBEL KABUPATEN PONORGO ATAS LARUNG SESAJI DAN LARUNG RISALAH DI TENGAH TELAGA NGEBEL

Authors

  • Rudy Al Hana

DOI:

https://doi.org/10.15642/jsi.2012.2.1.%25p

Abstract

Simbol-simbol rituil ada yang berupa sesaji, tumbal dan ubarampe. Sesaji merupakan aktualisasi dari pikiran, keinginan dan perasaan pelaku untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Upaya pendekatan diri melalui sesaji merupakan bentuk akumulasi budaya yang bersifat abstrak. Sesaji merupakan wacana simbol yang digunakan sebagai sarana untuk ‘negosiasi’ spirituil kepada hal-hal yang gaib. Hal ini dilakukan agar makhluk-makhluk halus di atas kekuatan manusia ini tidak mengganggu. Dengan pemberian makan secara simbolis kepada makhluk halus, diharapkan roh tersebut akan jinak, dan mau membantu hidup manusia. Kepercayaan terhadap roh halus, khususnya dhanyang (roh pelindung) sering diwujudkan dalam bentuk slametan. Model Pendekatan pada Tuhan dengan cara larung sesaji yang dilakukan masyarakat sekitar telaga Ngebel menarik perhatian “kalangan santri†di Ponorogo untuk melakukan perubahan karena jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Larung Risalah inilah nampaknya yang menjadi pilihan untuk merubahnya seiring dengan pergeseran waktu. Kata Kunci : Larung Sesaji, Larung Risalah, Masyarakat Sekitar Telaga Ngebel

Downloads

Download data is not yet available.

Downloads

How to Cite

Al Hana, Rudy. 2012. “RESPON MASYARAKAT SEKITAR TELAGA NGEBEL KABUPATEN PONORGO ATAS LARUNG SESAJI DAN LARUNG RISALAH DI TENGAH TELAGA NGEBEL”. The Sociology of Islam 2 (1). https://doi.org/10.15642/jsi.2012.2.1.%p.

Issue

Section

Articles